Malam ini, 19 Maret 2014, aku termenung sendiri. Di tengah-tengah rentetan tugas, ujian, pleno, diskusi yang menerpa kehidupanku kini, ternyata fakultas tempatku berada masih memberikan kelonggaran waktu untukku. Ya, sekedar untuk bernapas sejenak, melewati hari tanpa deadline yang mengejar.
Mungkin prolog tadi sedikit menggambarkan betapa hidupku kini mulai berubah. Menemui titik balik kembali untuk kedua kalinya. Entah apa yang harus aku rasakan. Mungkin 3/4 hampa.
Baiklah, lagi pula bukan itu yang ingin aku ceritakan saat ini.. Cerita sebenarnya dimulai saat aku sedang menjelajahi halaman browser mozilla firefox di laptopku...
Membuka salah satu media sosial yang aku rasa paling dapat menggambarkan tingkat ke-update-an seseorang. Tak ada notif apapun. Tak ada follower ataupun direct message yang baru. Sempat terpikir untuk langsung menutup halaman tersebut, namun tiba-tiba terlihat di depan mataku berbagai macam status update milik si following itu. Tapii... setelah aku scroll atas-bawah-bawah sekali-tengah-hingga atas lagi, kenapa semuanya begitu asing? Benarkah ini orang-orang yang aku rasa aku ingin mengetahui kehidupannya sehingga aku memfollownya?
Ternyata bukan. Bukan mereka orang-orang yang memiliki peran utama dalam pikiranku sebagai penarik rasa keingintahuanku. Lalu kuletakkan cursor pada kolom search..dan mulailah aku mengetik nama-nama yang sangat ingin ku ketahui alur hidupnya saat ini.. 1, 2, 3, 4, 5, ... dst.. ternyata banyak orang yang ingin aku awasi selama ini. INGIN, tapi tak bisa.
Barulah sekarang..di saat senggang menghampiri sejenak, aku bisa memuaskan rasa rinduku pada mereka. Ya, mereka yang memang patut untuk kurindukan jika melihat perjalanan hidupku hingga sekarang ini.
Rindu.. datang jika sebelumnya pernah bersama, pernah melewati hari dengan kesan tertentu, pernah saling menyayangi dan peduli satu sama lain. Rindu? Mungkin cukup menggambarkan perasaanku kini pada mereka. Bukan karena salah mereka. Tapi aku! Kemana saja aku selama ini.. Kemana saja aku, baru mengucapkan salam.. Kemana saja aku, baru menepuk pundakmu.
Maafkan aku. Hm, lega rasanya sudah mengucapkan kata itu.
Tapi ternyata harus kuucapkan sekali lagi untuk permohonan terhadap pemaknaan yang kontradiksi dari pernyataan pertama.. Maafkan aku, sungguh maafkan aku.
"Aku tak peduli jika kalian tidak mempedulikanku. Tapi aku sangat marah ketika aku mengabaikan kalian. Aku tidak takut jika harus sendiri. Namun aku takut jika kalian merasa sendiri. Aku tertatih berusaha untuk mempertahankan posisiku saat ini, karena aku harus memiliki batu loncatan untuk selalu bisa menjaga kalian. Tapi.. maaf.. bodohnya itu hanya terjadi di pikiranku, di harapanku, masih pseudo, masih halus. Nyatanya sangat sulit untuk mencapai bentuk eu.. Mungkin nanti, atau mungkin (lagi-lagi) lewat doa. Hal yang zahirnya tampak sangat kecil, namun aku tahu dan meyakini bahwa semua efek masif terjadi karena ada pengaruh darinya. Jadi kuharap, aku masih bisa menggandengmu, merangkul pundakmu, menjagamu, untuk tetap menjadi yang aku tau itu baik. Melihatmu dari kejauhan bahkan hanya melalui transmisi adalah keahlianku kini. Tapi aku harap, paling tidak aku tau bagaimana hidupmu kni, dan hal yang dibilang kecil tadi akan dapat berpengaruh terhadap meningkatnya kualitas hidupmu. Semoga. Baarakallahufikum."
Kini, 20-3-14
M.S.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar