Sebuah catatan kecil yang aku
peruntukkan bagi diriku sendiri dan juga untuk teman-temanku fillah..
Di sepanjang hidupku, banyak hal
yang aku kerjakan. Setiap kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik karena
satu hal penting telah terpenuhi. Ya, dasar ilmu nya. Bisa dibayangkan
bagaimana jika kita mengendarai motor, namun kita tidak tahu ilmu untuk
mengoperasikan motor tersebut.
Itu hanya tentang motor. Lalu
bagaimana dengan yang satu ini, hal yang sangat sangat penting, karena
urusannya tak akan hanya berakhir di dunia namun terus melaju hingga ke alam
selanjutnya.
AGAMA
RELIGION
دين
Menurutku dan sudah sepatutnya
menurut setiap orang, agama hanyalah satu, Islam. Agama satu-satunya yang diridhoi
oleh Allah ta’ala.
”Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi
Allah hanyalah Islam…” (Q.S. Ali-Imran: 19).
Di sinilah pokok pembahasannya..
Alhamdulillah, dalam kurun waktu terakhir ini, aku merasa
lega sekali. Mengapa? Karena dalam menjalankan agama Islam ini, finally, aku
mulai mengetahui bagaimana dasar ilmu dari ibadah yang aku kerjakan.
Jadi, tak hanya sekedar mengerjakan, namun tahu apa
dasarnya, bagaimana pelaksanaannya. Dan yang paling penting aku tidak mau dasar
yang tidak bermutu a.k.a lemah apalagi palsu. Itu fitrah kan? Mana ada sih
orang yang mau ditipu dengan kepalsuan. (?)
Oleh karenanya, dasar itulah yang disebut dalil. Dan dalil
itulah yang harus asli, yang benar-benar sesuai dengan apa yang berasal dari
Kitabullah atau As-Sunnah.
As-Sunnah di sini maksudnya bukan pengertian anak kecil
lagi ya (bila dikerjakan mendapat pahala, kalo engga yaa nggak dosa). As-Sunnah
ini maksudnya adalah segala sesuatu yang telah diperintahkan maupun dilakukan oleh
Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam dalam setiap sisi kehidupannya dan kita berusaha untuk mengikutinya.
Coba perhatikan kembali firman Allah ta’ala yang satu ini..
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu dan telah
Kucukupkan nikmat-Ku kepadamu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agamamu.” (Q.s. Al-Maidah [5]:3)
Allah subhanahu wa ta’ala telah
memberitahukan kepada kita bahwa Islam telah sempurna. Allah
Yang Maha Mengetahui telah mengabarkan hal tersebut kepada kita. Lalu apa yang
kita pikirkan ketika mendengar kata sempurna? Sempurna adalah suatu keadaan di
mana hal itu telah “pas takarannya” dari segala sisi kita memandangnya. Apa
jadinya jika ternyata kesempurnaan itu ternodai?
Laksana air teh manis yang
gulanya sudah pas. Lalu ditambah lagi gulanya sehingga terlalu manis, atau
dikurangi gulanya sehingga kurang manis. Ya, ternyata memang yang sudah “pas”
itu memang yang baik. (Aku tidak mengatakan yang terbaik karena jika begitu,
maka ada yang lain-lain yang baik pula. Namun, jika aku hanya mengatakan baik,
maka itu artinya hanya ada satu yang baik dan yang lainnya salah. –kutipandariseseorang)
Sekarang atau mungkin sudah
dimulai sejak dulu, aku mendapatkan dari berbagai sumber, bahwa telah banyak orang
yang bersikap ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap perkara ibadah, yang lebih
parahnya adalah apabila sampai terjerumus ke dalam kesyirikan sebab tidak
dimilikinya ilmu yang shahih. Meskipun alasan bodohnya adalah hanya agar
semakin mendekatkan dirinya kepada Allah ta’ala.
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah berkata: kami tidak menyembah mereka kecuali hanya agar mereka dapat mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepda orang-orang yang dusta dan sangat ingkar.” (QS. Az-Zumar : 3)
Contoh sengaja tidak disebut karena dikhawatirkan
akan terjadi kontroversial. ._.V Untuk masalah seperti ini, dapat dipahami
bahwa Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
"Hukum asal dari ibadah
adalah batal, hingga tegak dalil (argument) yang memerintahkannya" (Imam
As Suyuthi, dalam al Asyba' wan Nadhoir: 44 dan Ibnu Qoyyim al Jauziyah dalam
I'lamul Muwaqi'ien Juz 1 hal. 344, Dar al Fikr, Beirut))
Dalilnya..
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah
dan Rasulnya[1407] dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar
lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Hujurat : 1)
[1407] maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya. Tidak boleh membuat cara ibadah sebelum ada perintah dari Allah dan tuntunan dari Rasulullah.
[1407] maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum, sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya. Tidak boleh membuat cara ibadah sebelum ada perintah dari Allah dan tuntunan dari Rasulullah.
Jika banyak orang-orang yang beranggapan bahwa semakin banyak kreasi
yang diciptakannya dalam hal ibadah akan semakin mendekatkan dirinya kepada
ridho Allah ta’ala, maka ini adalah kesalahan besar. Sebab Rasulullah Shallallahu‘alaihi
wa sallam bersabda...
“Barang siapa yang membuat suatu
amalan dalam agama kita ini yang tidak ada tuntunannya (contohnya), maka amalan
tersebut tertolak”. (HR. Bukhori no. 2679. HR. Muslim no. 1718). (Hadits
Shahih)
Jelas bukan? Membuat-buat suatu
amalan yang tidak ada tuntunannya
dari apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah maka tertolak. Jadi lebih baik
yang “pas” dan diterima atau yang “berkreasi” tapi tertolak?
Jika memang kita memiliki daya kreativitas yang tinggi dan bingung di
mana ingin menerapkannya. Maka urusan dunia lah tempatnya. Kita bisa menjadi
petani yang punya segudang cara mengembangbiakan tanaman unggul. Atau bisa juga
jadi dokter yang memiliki cara-cara ampuh dalam mengobati berbagai macam
penyakit. Seperti saya di masa mendatang, Aamiin Insya Allah. :D Asal semua
masih dalam bingkai syariat, masalah dunia dikreasikan maka tidak mengapa.
*baca di salah satu sumber. Afwan lupa.
Tapi, selain masalah seperti yang disebutkan di atas, ada juga orang
yang justru mengurang-ngurangi kesempurnaan Islam. Contoh konkret yang banyak
terjadi sekarang ini, seorang wanita yang mengaku beragama Islam, namun menolak
atau setidaknya mengernyit saat disuruh untuk berhijab. Alasan basi : “Sholatku
masih bolong-bolong, belum pantes kalo pake jilbab. Jilbab-in hatinya dulu aja
deh yaa. _-_,”
Jawaban ampuh : Baik sholat lima waktu dalam sehari maupun berhijab kedua-duanya
merupakan kewajiban seorang muslimah. Sudah sepatutnya saat kita mendengarkan
perintah tersebut (yang terdapat dalam Al-Qur’an), maka yang kita ucapkan dan
laksanakan sebagai seorang muslim yang beriman pada Allah dan Rasul-Nya adalah ini...
“sami’na
wa atho’na (kami mendengar dan kami taat)”, sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang artinya, “dan mereka
mengatakan: “Kami dengar dan kami taat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 285).
Apa perlu nih ukh ana kasih
lagi dalil yang menunjukkan kedua perintah tersebut. Nih kasih daaahh...
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang
artinya, “Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di
waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu
telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa:103)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang
artinya, “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu
dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab [33]: 59).
Lanjut lagi, satu hal yang lucu. Hati nya jangan
dijilbab-in ya, karena nanti rusak saluran pencernaannya karena hati itu kan
mensekresikan empedu untuk mengemulsikan lemak. Nanti jadi gemuk lho! #random
#biologi. Dan yang pasti sih kalo hatinya dijilbab-in nanti ketutup dong. Kalo
hatinya udah ketutup jadi susah dong mendapatkan petunjuk dari Allah. Kan
sayang sekalii.. ;( Jadi, yang benar itu, dibenerin hatinya dan dijilbabin
tubuhnya. Itu baru benar! (y)
Oleh karenanya, selain jangan bersikap ghuluw dalam
beribadah juga jangan mengurang-nguranginya ya. Jangan sampai kita menjadi
seperti yang disebutkan dalam ayat ini..
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang
artinya,” Kemudian kalian (Bani Israil) membunuh dirimu
(sesama) dan mengusir segolongan daripada kalian dari kampung halamannya,
kalian bantu-membantu dalam berbuat dosa dan permusuhan terhadap mereka; tetapi
jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kalian tebus mereka, padahal
mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kalian beriman kepada
sebahagian Kitab Suci (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan
kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kalian perbuat.”
(QS. Al-Baqarah : 85)
Remember about Islam!! It's already perfect. If you make it wider or tighter, you
will broke it.
NB: Lidah ini masih kaku rasanya
untuk berbicara secara langsung apalagi berdakwah tentang masalah ini. Namun,
salahku jika kalian yang ku sayangi tak ikut merasakan manisnya kebenaran ini. Semoga
catatan kecil ini bisa sedikit mewakilkan bagaimana perasaan yang aku rasakan
selama ini, yang sangat ingin sekali aku ucapkan, namun qadarullah belum bisa. Semoga akhlaq ku bisa
semakin baik dan kualitas ilmu ku juga meningkat sehingga aku dan kamu bisa
sama-sama berjalan di atas jalan yang haq. Keep study! :)
03-07-2012
M.S
M.S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar